The Magic of Reading with Kids // Keajaiban Membaca Buku bersama Anak

Membaca buku merupakan kegiatan yang aku sukai sejak kecil.

Mulai dari membaca buku cerita dan dongeng, komik, kemudian beranjak ke novel remaja (teenlit), novel fantasi dan fiksi, semua jenis buku itu jadi santapanku sampai usia dewasa awal.

Banyak manfaat yang aku rasakan dari hobi membaca. Di luar dari manfaat akademik dan manfaat yang aku rasakan di dunia kerja saat ini, manfaat lainnya yang tidak kalah penting adalah membaca membuat kita memiliki dunia sendiri. Ratusan, atau ribuan bahkan.

Konon katanya, orang yang gemar membaca menyelami seribu kehidupan, tetapi orang yang tidak pernah membaca hanya hidup sekali.

Ketika aku punya anak, secara alami tentu aku ingin membacakan berbagai buku sejak dini, menyediakan perpustakaan di rumah, supaya kelak anakku juga suka buku dan merasakan berbagai manfaatnya. Tiga tahun lalu sejak masih hamil, aku sudah hunting berbagai buku cerita anak. Aku ingin mulai membacakan buku sedini mungkin, kalau perlu sejak awal anakku lahir. Sayangnya, proses transisiku menjadi ibu baru cukup mengejutkan, jangankan membacakan buku, hidupku waktu itu rasanya jungkir balik, mau tidur nyenyak pun sulit.

Di usia anakku 2 bulan, aku melihat seorang ibu di media sosial yang punya bayi seusia anakku. Di usia 2 bulan itu, dia sudah sangat rajin membacakan buku untuk anaknya setiap sebelum tidur siang, dia menyebutnya “naptime story”.

Seketika aku pun jadi ingat cita-citaku dulu dan tanpa berlama-lama, aku langsung mulai membacakan salah satu buku yang sudah aku beli sebelumnya. Anakku yang masih sangat kecil itu rupanya anteng dan senang dibacakan buku, dia memperhatikan gambar-gambar di buku dan mendengarkan suaraku.

Kami mulai menjadikan kegiatan membaca sebagai rutinitas. Tidak hanya aku yang membacakan buku, tapi juga suamiku dan orangtua kami. Aku fasilitasi dengan menyediakan berbagai jenis buku di rumah. Awalnya suamiku yang tidak hobi membaca merasa kesulitan, karena dia selalu mengantuk setiap membacakan buku. Tapi mengingat banyaknya manfaat dari kegiatan membaca, kami terus melakukannya.

Sampai sekarang anakku berusia 2 tahun 7 bulan. Sudah jauh lebih aktif dari biasanya, sudah cerewet, senang bermain dan semakin banyak tingkah. Tapi, kegiatan membaca masih jadi kegiatan rutin yang kami lakukan setiap hari. Buku-buku koleksinya semakin banyak, dia juga sudah lebih memahami cerita. Sudah hafal teks dari beberapa bukunya dan bisa diajak berdiskusi tentang cerita yang kami baca bersama.

Buatku, membacakan buku adalah kegiatan yang sangat mudah. Jauh lebih mudah daripada menyiapkan sensory play, kegiatan eksperimen, atau bermain sepeda di luar. Kegiatan ini sudah menjadi bagian dari rutinitas kami sehari-hari.

Baru-baru ini aku membaca buku The Read-Aloud Family karya Sarah Mackenzie, founder podcast Read-Aloud Revival.

Dari buku ini, aku kembali diingatkan tentang manfaat membacakan buku kepada anak. Semangatku pun tersulut lagi karena buku ini menceritakan bahwa kegiatan membaca nyaring ternyata memiliki makna dan dampak yang sangat mendalam bagi kehidupan anak dan keluarga.

Dari buku ini, aku jadi lebih sadar bahwa membaca nyaring merupakan salah satu tools parenting yang dapat digunakan orangtua untuk membangun koneksi dengan anak, menciptakan kenangan indah bersama anak, membangun kecintaan anak terhadap membaca, mengasah kemampuan berbahasa dan berpikir anak, membuka diskusi dengan anak, menanamkan empati, menghadirkan berbagai pengalaman melalui cerita, dan masih banyak yang lainnya.

Dalam bukunya, Sarah merangkum 3 manfaat utama membaca nyaring kepada anak.

Manfaat 1: Memperkaya perbendaharaan kata dan pola bahasa yang rumit

Aku yakin sebagian besar orangtua pasti sudah mengetahui hal ini. Mungkin ini adalah alasan banyak orangtua membacakan buku untuk anaknya. Dengan membacakan buku secara nyaring, kita memberikan anak kesempatan untuk mendengar banyak sekali kata-kata dalam pola bahasa yang terstruktur. Semakin banyak anak mendengar, tentunya semakin banyak juga perbendaharaan katanya.

Apakah kita bisa memperkaya perbendaharaan kata anak hanya dengan mengobrol?

Tentu saja bisa, tapi coba kita perhatikan baik-baik. Dalam percakapan sehari-hari, orangtua biasanya menggunakan bahasa yang sederhana. Tidak ada diksi yang terlalu rumit. Susunan kalimat yang digunakan pun bisa jadi tidak terstruktur.

Dan jujur, kadang aku sendiri bingung mau bicara apa lagi. Mengarang cerita tentu tidak semudah itu, jauh lebih mudah buatku untuk membacakan buku. Melalui cerita, anak juga bisa memahami penggunaan kata dalam konteks yang sesuai. Ini adalah pendekatan yang jauh lebih aku sukai daripada mengenalkan kata melalui flash card atau poster.

Bagi anak usia balita, perbendaharaan kata yang kaya dan beragam menjadi sangat penting agar anak dapat berkomunikasi dengan lancar. Jim Trelease, melalui bukunya The Read Aloud Handbook, mengatakan bahwa perbendaharaan kata adalah penentu keberhasilan atau kegagalan di sekolah.

Manfaat 2: Kemampuan untuk menarik hubungan atau memahami bacaan

Pernah nggak, kalian membaca suatu tulisan sampai selesai, tetapi kemudian bingung isinya tentang apa? Contohnya saat mengerjakan soal ujian Bahasa Indonesia dulu, sudah baca teks panjang tapi begitu sampai di pertanyaan, tetap tidak tahu jawabannya yang mana.

Bisa membaca tulisan tidak sama dengan memahami bacaan.

Memahami bacaan berarti mengerti apa yang kita baca dan bisa menghubungkan informasi baru tersebut dengan simpanan pengetahuan atau ingatan yang kita miliki.

Melalui kegiatan membaca, anak dapat melatih kecapakan berpikirnya. Mereka menghubungkan kalimat-kalimat yang kita bacakan dengan hal-hal yang telah mereka ketahui sebelumnya. Inilah alasan Sarah McKenzie menyarankan orangtua untuk tetap membaca nyaring setelah anak bisa membaca, bahkan sampai usia mereka remaja.

Ketika kita membacakan buku secara nyaring, menggunakan berbagai intonasi, anak yang mendengarkan bisa mencurahkan seluruh energi mentalnya untuk fokus memahami cerita dan mengaitkannya dengan pengetahuan atau ingatan lain.

Manfaat 3: Kecintaan Membaca

Jim Trelease menceritakan bahwa setiap anak pada dasarnya memiliki kecintaan terhadap membaca. Namun, kecintaan ini terus menurun secara konstan seiring bertambahnya usia anak.

Sejak anak masuk sekolah sampai ia dewasa nanti, anak akan terus berhadapan dengan kegiatan membaca sebagai kewajiban. Membaca untuk mengerjakan tugas, membaca karena disuruh guru, membaca karena mau ujian, dan masih banyak lagi. Hal ini lah yang membuat minat baca anak terus menurut, karena anak melihat kegiatan membaca sebagai suatu keharusan.

Oleh karena itu, kita tidak bisa mengandalkan sekolah dalam membangun kecintaan anak terhadap membaca. Itu adalah tugas orangtua di rumah. Tujuan kita seharusnya bukan agar anak cepat bisa membaca, tetapi memupuk kecintaan anak terhadap buku dan cerita. Membaca untuk mengerjakan tugas sekolah akan menjadi jauh lebih mudah ketika anak sudah mencintai buku.

Hal ini bisa dilakukan dengan menyediakan berbagai buku, membacakan buku secara nyaring sedini mungkin, dan memberikan kebebasan bagi anak untuk memilih buku yang ia sukai. Kecintaan terhadap membaca nantinya akan membantu anak dalam area akademis lainnya.

Bagaimana cara memulai kegiatan membaca nyaring di rumah?

Caranya sungguh mudah sekali, orangtua dan anak bisa memilih buku yang mereka sukai dan langsung saja mulai membaca.

Tidak perlu berlama-lama, cukup 15 menit setiap dua hari sekali namun dilakukan secara rutin dan terus menerus. Pilihlah buku yang menyenangkan, yang disukai orangtua dan anak, pilihlah buku dengan berbagai tema, berbagai bentuk, dan jangan khawatir apabila kegiatan membaca belum berjalan sesuai harapan kita ❤

Leave a comment

I’m Puput

Welcome to Booka Bookoo, my safe place to share about anything that comes into mind. Here I will talk about my daily life experience, parenting, struggle at work, and about books! Feel free to comment and don’t forget to follow <3

Let’s connect